Fisika, sebagai ilmu yang mempelajari alam semesta beserta segala fenomena di dalamnya, seringkali dianggap menantang oleh sebagian siswa. Namun, dengan pemahaman konsep yang kuat dan latihan soal yang memadai, materi fisika, bahkan yang paling dasar sekalipun, dapat dikuasai dengan baik. Bab pertama fisika kelas 10 biasanya berfokus pada Besaran dan Pengukuran, sebuah fondasi krusial yang akan membentuk pemahaman siswa pada topik-topik selanjutnya.
Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai contoh soal yang relevan dengan bab Besaran dan Pengukuran untuk siswa kelas 10. Kita akan membahas berbagai jenis soal, mulai dari yang paling dasar hingga yang memerlukan analisis lebih mendalam, serta memberikan strategi penyelesaian yang efektif.
Mengapa Besaran dan Pengukuran Itu Penting?
Sebelum melangkah ke contoh soal, mari kita pahami terlebih dahulu mengapa bab ini begitu fundamental. Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka serta satuan. Pengukuran adalah proses membandingkan suatu besaran dengan satuan standar. Tanpa kemampuan mengukur dan memahami besaran, mustahil bagi kita untuk menjelaskan fenomena fisika secara kuantitatif.

Konsep-konsep kunci dalam bab ini meliputi:
- Besaran Pokok: Besaran yang satuannya didefinisikan secara independen (contoh: panjang, massa, waktu, suhu, kuat arus listrik, intensitas cahaya, jumlah zat).
- Besaran Turunan: Besaran yang diturunkan dari besaran pokok melalui perkalian, pembagian, atau perpangkatan (contoh: luas, volume, kecepatan, percepatan, gaya).
- Satuan: Standar ukuran yang digunakan untuk menyatakan nilai suatu besaran. Sistem Satuan Internasional (SI) adalah sistem yang paling umum digunakan.
- Alat Ukur: Instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran (contoh: mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, neraca, stopwatch, termometer).
- Angka Penting: Angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dan memiliki tingkat ketidakpastian tertentu.
- Ketidakpastian Pengukuran: Batas penyimpangan nilai yang diukur dari nilai sebenarnya.
Contoh Soal dan Pembahasan Mendalam
Mari kita mulai dengan berbagai jenis soal yang sering muncul di bab Besaran dan Pengukuran kelas 10.
1. Identifikasi Besaran Pokok dan Turunan
Soal jenis ini menguji pemahaman siswa dalam membedakan antara besaran pokok dan besaran turunan.
Contoh Soal 1:
Manakah di antara besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok?
A. Luas
B. Massa
C. Kecepatan
D. Gaya
Pembahasan:
- Luas adalah hasil perkalian panjang dengan panjang (panjang x panjang), sehingga merupakan besaran turunan.
- Massa adalah salah satu dari tujuh besaran pokok dalam SI.
- Kecepatan adalah hasil pembagian jarak (besaran pokok panjang) dengan waktu (besaran pokok waktu), sehingga merupakan besaran turunan.
- Gaya diturunkan dari massa, percepatan (yang juga turunan dari panjang dan waktu), sehingga merupakan besaran turunan.
Jawaban: B. Massa
Contoh Soal 2:
Sebuah balok memiliki panjang 10 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 2 cm. Berapakah volume balok tersebut dalam satuan meter kubik (m³)?
Pembahasan:
Pertama, kita perlu mengidentifikasi besaran yang terlibat. Panjang, lebar, dan tinggi adalah besaran panjang. Volume adalah besaran turunan yang dihitung dengan mengalikan panjang, lebar, dan tinggi.
- Panjang = 10 cm = 0,10 m
- Lebar = 5 cm = 0,05 m
- Tinggi = 2 cm = 0,02 m
Volume (V) = Panjang x Lebar x Tinggi
V = 0,10 m x 0,05 m x 0,02 m
V = 0,0001 m³
Jawaban: 0,0001 m³
2. Konversi Satuan
Konversi satuan sangat penting untuk memastikan semua besaran dalam suatu perhitungan memiliki satuan yang konsisten, terutama dalam sistem SI.
Contoh Soal 3:
Seorang pelari menempuh jarak 5 kilometer. Ubahlah jarak tersebut ke dalam satuan meter.
Pembahasan:
Kita tahu bahwa 1 kilometer (km) setara dengan 1000 meter (m).
Jarak = 5 km
Jarak dalam meter = 5 x 1000 m = 5000 m
Jawaban: 5000 m
Contoh Soal 4:
Sebuah benda memiliki massa 2500 gram. Ubahlah massa tersebut ke dalam satuan kilogram.
Pembahasan:
Kita tahu bahwa 1 kilogram (kg) setara dengan 1000 gram (g).
Massa = 2500 g
Massa dalam kilogram = 2500 g / 1000 g/kg = 2,5 kg
Jawaban: 2,5 kg
Contoh Soal 5:
Seorang siswa mengukur waktu reaksi dengan stopwatch. Hasil pengukurannya adalah 0,5 menit. Ubahlah waktu tersebut ke dalam satuan detik.
Pembahasan:
Kita tahu bahwa 1 menit (min) setara dengan 60 detik (s).
Waktu = 0,5 menit
Waktu dalam detik = 0,5 x 60 s = 30 s
Jawaban: 30 s
3. Penggunaan Alat Ukur dan Membaca Hasil Pengukuran
Bagian ini menguji kemampuan siswa dalam membaca skala alat ukur dan memahami konsep ketelitian.
Contoh Soal 6 (Menggunakan Mistar):
Seorang siswa mengukur panjang sebuah pensil menggunakan mistar. Hasil pengukuran yang ditunjukkannya adalah seperti pada gambar (asumsikan gambar menunjukkan skala dari 0 hingga 10 cm, dan ujung pensil berada di antara 15 cm dan 16 cm, kira-kira di garis ke-7 setelah 15 cm). Tentukan panjang pensil tersebut dengan memperhitungkan ketelitian mistar.
Pembahasan:
Mistar standar memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1 cm. Pembacaan harus dilakukan hingga satu angka taksiran setelah skala terkecil.
- Skala terkecil pada mistar adalah 0,1 cm.
- Pembacaan sebelum angka taksiran adalah 15,7 cm (jika ujungnya berada tepat di garis ke-7 setelah 15 cm).
- Dengan memperhitungkan ketelitian, pembacaan yang lebih akurat adalah 15,7 ± 0,05 cm. Namun, seringkali dalam soal kelas 10, pembacaan langsung pada skala sudah dianggap cukup.
Jika kita membaca langsung pada skala, ujung pensil berada di antara 15 cm dan 16 cm. Asumsikan ujungnya berada pada garis ke-7 setelah 15 cm.
Panjang pensil = 15,7 cm
Jawaban: 15,7 cm (dengan asumsi pembacaan langsung dan ketelitian mistar 0,1 cm).
Contoh Soal 7 (Menggunakan Jangka Sorong):
Seorang siswa mengukur diameter sebuah mur menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran ditunjukkan oleh gambar (asumsikan gambar menunjukkan rahang geser utama pada 2,3 cm dan rahang vernier sejajar dengan garis ke-6 pada skala utama). Tentukan diameter mur tersebut.
Pembahasan:
Jangka sorong memiliki dua bagian: rahang geser utama (skala nonius) dan rahang vernier. Ketelitian jangka sorong umumnya 0,1 mm atau 0,01 cm.
- Pembacaan Skala Utama: Lihat angka pada rahang geser utama yang tepat berada sebelum garis 0 pada rahang vernier. Dalam contoh ini, diasumsikan angka sebelum 0 vernier adalah 2,3 cm.
- Pembacaan Skala Nonius (Vernier): Cari garis pada skala vernier yang tepat berimpit dengan garis pada skala utama. Dalam contoh ini, garis ke-6 pada skala vernier berimpit.
- Nilai Skala Nonius: Kalikan angka garis yang berimpit dengan ketelitian jangka sorong. 6 x 0,01 cm = 0,06 cm.
- Diameter Total: Jumlahkan pembacaan skala utama dan skala nonius.
Diameter = Pembacaan Skala Utama + Nilai Skala Nonius
Diameter = 2,3 cm + 0,06 cm = 2,36 cm
Jawaban: 2,36 cm
Contoh Soal 8 (Menggunakan Mikrometer Sekrup):
Seorang siswa mengukur ketebalan selembar kertas menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukuran ditunjukkan oleh gambar (asumsikan gambar menunjukkan garis 0 pada skala utama berada di bawah garis horizontal, dan garis ke-3 pada skala putar sejajar dengan garis horizontal). Tentukan ketebalan kertas tersebut.
Pembahasan:
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari jangka sorong, biasanya 0,01 mm atau 0,001 cm.
- Pembacaan Skala Utama: Perhatikan garis yang terlihat pada skala utama. Angka di atas garis horizontal adalah milimeter penuh, dan angka di bawah garis horizontal adalah setengah milimeter (0,5 mm).
- Pembacaan Skala Putar (Vernier): Cari garis pada skala putar yang tepat berimpit dengan garis horizontal pada skala utama.
- Nilai Skala Putar: Kalikan angka garis yang berimpit dengan ketelitian mikrometer sekrup.
Asumsikan gambar menunjukkan:
- Skala utama: terlihat garis 0 dan 3,5 mm (garis 3 di atas, garis 0,5 di bawah).
- Skala putar: garis ke-3 berimpit.
Ketebalan = Pembacaan Skala Utama + (Angka Garis Berimpit x Ketelitian)
Ketebalan = 3,5 mm + (3 x 0,01 mm) = 3,5 mm + 0,03 mm = 3,53 mm
Jika dikonversi ke cm:
Ketebalan = 0,353 cm
Jawaban: 3,53 mm (atau 0,353 cm)
4. Angka Penting dan Aturan Pembulatan
Memahami aturan angka penting penting untuk melaporkan hasil pengukuran dengan benar dan menghindari kesalahan dalam perhitungan.
Contoh Soal 9:
Manakah di antara bilangan berikut yang memiliki angka penting paling banyak?
A. 0,05
B. 50
C. 50,0
D. 500
Pembahasan:
Aturan angka penting:
- Semua angka bukan nol adalah angka penting.
- Angka nol di antara angka bukan nol adalah angka penting.
- Angka nol di depan koma desimal tidak signifikan (kecuali jika ada angka bukan nol di depannya).
- Angka nol di belakang koma desimal adalah angka penting.
- Angka nol di akhir suatu bilangan tanpa koma desimal bisa ambigu. Untuk menghindari ambiguitas, gunakan notasi ilmiah.
A. 0,05 (Angka penting: 5) -> 1 angka penting
B. 50 (Bisa 1 atau 2 angka penting. Jika dibulatkan dari 50.x, maka 1. Jika 50.0, maka 2. Ambigu)
C. 50,0 (Angka penting: 5, 0, 0) -> 3 angka penting
D. 500 (Ambigu, bisa 1, 2, atau 3 angka penting)
Jika kita menganggap "50" dan "500" sebagai hasil pengukuran yang tidak spesifik, maka "50,0" adalah yang paling pasti memiliki angka penting terbanyak.
Jawaban: C. 50,0
Contoh Soal 10:
Sebuah benda memiliki massa 12,345 gram. Jika dibulatkan hingga dua angka di belakang koma, berapakah massanya?
Pembahasan:
Kita perlu membulatkan 12,345 hingga dua angka di belakang koma. Angka ketiga di belakang koma adalah 5. Jika angka yang dibuang adalah 5 atau lebih, angka di depannya dibulatkan ke atas.
12,345 -> angka 5 dibuang, maka angka 4 dibulatkan ke atas menjadi 5.
Jawaban: 12,35 gram
5. Perhitungan dengan Angka Penting
Perhitungan yang melibatkan angka penting harus mengikuti aturan tertentu.
Contoh Soal 11:
Sebuah persegi panjang memiliki panjang 5,2 cm dan lebar 3,1 cm. Berapakah luas persegi panjang tersebut dengan memperhatikan aturan angka penting?
Pembahasan:
- Panjang = 5,2 cm (2 angka penting)
- Lebar = 3,1 cm (2 angka penting)
Luas = Panjang x Lebar
Luas = 5,2 cm x 3,1 cm = 16,12 cm²
Untuk perkalian dan pembagian, hasil akhir harus memiliki jumlah angka penting yang sama dengan besaran yang memiliki jumlah angka penting paling sedikit. Dalam kasus ini, baik panjang maupun lebar memiliki 2 angka penting.
Jadi, hasil luas harus dibulatkan menjadi 2 angka penting.
16,12 -> 16 (angka 1 dibuang, angka 6 tetap).
Jawaban: 16 cm²
Contoh Soal 12:
Sebuah balok memiliki massa 10,5 kg dan volume 0,003 m³. Berapakah massa jenis balok tersebut dengan memperhatikan aturan angka penting?
Pembahasan:
- Massa = 10,5 kg (3 angka penting)
- Volume = 0,003 m³ (1 angka penting)
Massa jenis (ρ) = Massa / Volume
ρ = 10,5 kg / 0,003 m³ = 3500 kg/m³
Karena volume memiliki 1 angka penting (yang paling sedikit), maka massa jenis harus dibulatkan menjadi 1 angka penting.
3500 kg/m³ dibulatkan menjadi 1 angka penting menjadi 4000 kg/m³ (angka 3 dibulatkan ke atas karena angka berikutnya adalah 5).
Jawaban: 4000 kg/m³
6. Notasi Ilmiah
Notasi ilmiah digunakan untuk menyatakan bilangan yang sangat besar atau sangat kecil secara ringkas dan jelas, serta untuk menghindari ambiguitas angka penting.
Contoh Soal 13:
Ubahlah bilangan 3.400.000 menjadi notasi ilmiah.
Pembahasan:
Notasi ilmiah berbentuk a x 10ⁿ, di mana 1 ≤ |a| < 10 dan n adalah bilangan bulat.
Kita perlu menggeser koma desimal dari 3.400.000 sehingga hanya ada satu angka bukan nol di depannya.
3.400.000 -> geser 6 tempat ke kiri menjadi 3,4.
Karena digeser ke kiri, maka pangkatnya positif.
Jawaban: 3,4 x 10⁶
Contoh Soal 14:
Ubahlah bilangan 0,0000078 menjadi notasi ilmiah.
Pembahasan:
Kita perlu menggeser koma desimal dari 0,0000078 sehingga hanya ada satu angka bukan nol di depannya.
0,0000078 -> geser 6 tempat ke kanan menjadi 7,8.
Karena digeser ke kanan, maka pangkatnya negatif.
Jawaban: 7,8 x 10⁻⁶
7. Pengukuran Berulang dan Ketidakpastian Relatif
Dalam praktikum fisika, seringkali dilakukan pengukuran berulang untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan menghitung ketidakpastian.
Contoh Soal 15:
Seorang siswa melakukan pengukuran panjang sebuah balok sebanyak 5 kali dengan hasil sebagai berikut: 10,2 cm, 10,3 cm, 10,1 cm, 10,4 cm, 10,2 cm. Tentukan nilai rata-rata dan ketidakpastian mutlaknya.
Pembahasan:
-
Nilai Rata-rata (x̄):
x̄ = (10,2 + 10,3 + 10,1 + 10,4 + 10,2) / 5
x̄ = 51,2 / 5
x̄ = 10,24 cm -
Menghitung Selisih dari Rata-rata:
|10,2 – 10,24| = 0,04
|10,3 – 10,24| = 0,06
|10,1 – 10,24| = 0,14
|10,4 – 10,24| = 0,16
|10,2 – 10,24| = 0,04 -
Ketidakpastian Mutlak (Δx): Cara sederhana adalah mengambil nilai deviasi terbesar. Namun, metode statistik lebih akurat. Untuk tingkat kelas 10, seringkali menggunakan setengah dari rentang nilai (nilai maksimum – nilai minimum) / 2 atau mengambil deviasi terbesar.
Nilai maksimum = 10,4 cm
Nilai minimum = 10,1 cm
Rentang = 10,4 – 10,1 = 0,3 cm
Ketidakpastian Mutlak (sederhana) = 0,3 cm / 2 = 0,15 cm.Menggunakan deviasi terbesar: 0,16 cm.
Jika menggunakan rumus statistik (standar deviasi), hasilnya akan berbeda. Namun, untuk soal kelas 10, metode sederhana ini sering diterima.
Mari kita gunakan metode deviasi terbesar untuk kesederhanaan:
Ketidakpastian Mutlak ≈ 0,16 cmJadi, hasil pengukuran dilaporkan sebagai: 10,24 ± 0,16 cm.
Atau, seringkali dibulatkan agar sesuai dengan ketidakpastian. Misalnya, jika ketidakpastian adalah 0,2 cm, maka rata-rata dibulatkan menjadi 10,2 cm.Dalam kasus ini, jika kita menggunakan ketidakpastian 0,1 cm (setengah dari skala terkecil mistar, asumsi mistar), maka rata-rata 10,2 cm.
Mari kita asumsikan ketidakpastian mutlak yang diminta adalah dari rentang dibagi 2, yaitu 0,15 cm.
Nilai Rata-rata = 10,24 cm
Ketidakpastian Mutlak = 0,15 cmHasil pengukuran dilaporkan sebagai: 10,24 ± 0,15 cm.
Jawaban:
Nilai Rata-rata = 10,24 cm
Ketidakpastian Mutlak = 0,15 cm (menggunakan metode rentang/2)
Contoh Soal 16:
Jika dari soal sebelumnya, nilai rata-rata adalah 10,2 cm dan ketidakpastian mutlaknya adalah 0,1 cm, berapakah ketidakpastian relatifnya dalam persen?
Pembahasan:
Ketidakpastian Relatif = (Ketidakpastian Mutlak / Nilai Rata-rata) x 100%
Ketidakpastian Relatif = (0,1 cm / 10,2 cm) x 100%
Ketidakpastian Relatif ≈ 0,0098 x 100%
Ketidakpastian Relatif ≈ 0,98 %
Jawaban: ≈ 0,98 %
Tips Jitu Menguasai Bab Besaran dan Pengukuran
- Pahami Definisi: Kuasai definisi besaran pokok, besaran turunan, satuan, dan alat ukur.
- Hafalkan Satuan SI: Ingat satuan SI untuk ketujuh besaran pokok.
- Latihan Konversi: Banyaklah berlatih mengubah satuan dari satu ke satuan lain. Gunakan faktor konversi.
- Kenali Alat Ukur: Pahami cara kerja dan ketelitian alat ukur yang umum digunakan. Latih membaca skala.
- Patuhi Aturan Angka Penting: Ingat dan terapkan aturan angka penting dalam perhitungan. Ini sangat penting untuk ketepatan hasil.
- Gunakan Notasi Ilmiah: Biasakan diri menggunakan notasi ilmiah untuk bilangan yang sangat besar atau kecil.
- Kerjakan Soal Bervariasi: Jangan hanya terpaku pada satu jenis soal. Cari soal dari berbagai sumber untuk melatih pemahaman yang komprehensif.
- Pahami Konsep di Balik Soal: Jangan hanya menghafal rumus. Pahami mengapa rumus tersebut digunakan dan bagaimana konsep fisika mendasarinya.
- Diskusikan dengan Teman: Belajar bersama dapat membantu mengklarifikasi keraguan dan melihat sudut pandang yang berbeda.
- Manfaatkan Sumber Belajar: Gunakan buku teks, modul, video pembelajaran, dan bimbingan guru untuk memperdalam pemahaman.
Penutup
Bab Besaran dan Pengukuran adalah fondasi penting dalam studi fisika. Dengan menguasai konsep-konsep dasar dan berlatih berbagai jenis soal, siswa kelas 10 akan memiliki bekal yang kuat untuk menghadapi materi fisika selanjutnya. Ingatlah bahwa konsistensi dalam belajar dan ketekunan dalam berlatih adalah kunci utama keberhasilan. Selamat belajar dan semoga sukses!
